25 Maret 2012

KATA-KATA MUTIARA Ir.SOEKARNO


Ir. Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Beliau mempunyai peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Bersama dengan Mohammad Hatta menjadi proklamator yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi apakah kita semua masih ingat kata-kata mutiara Putra Sang Fajar?


1. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno).

2. “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno).

3. “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno).

4. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno).

5. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961).

6. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno.

7. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

8. “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno).

9. “Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno).

10. “Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno).

11. “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno).

12. “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno).

13. “Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).

14. “Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno).

15. “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno).

16. "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia."

UGM KRITISI BBM


YOGYAKARTA-Setiap terjadi kenaikan harga minyak dunia, yang memicu membengkaknya jumlah subsidi dalam APBN, pemerintah selalu mewacanakan program pembatasan pemakaian BBM bersubsidi dan program pengembangan bahan baku alternatif (BBA). Namun, kedua program tersebut tampaknya hanya sebatas wacana saja. Ujung-ujungnya, pemerintah selalu memilih alternatif kebijakan yang paling gampang ditempuh, yakni penaikan harga BBM bersubsidi. Ironisnya, setelah penaikan harga BBM bersubsidi diputuskan, pemerintah seakan melupakan begitu saja kedua program tersebut.
“Jika tahun berikutnya terjadi lagi kenaikan harga minyak dunia, pola kebijakan serupa terulang kembali, seperti yang tengah terjadi pada 2012 ini,”papar Direktur Eksekutif Mubyarto Institute, Dr.Fahmy Radhi, MBA, saat berbicara pada 90 Minutes Seminar on Knowledge Partnership dengan tema “Menyikapi Kebijakan BBM di Indonesia” , di R. Multimedia Lt.3, Rabu (21/3).
Fahmy menambahkan di satu sisi, rencana pembatasan itu akan menghemat subsidi BBM sekitar Rp 165,3 triliun. Namun, dengan persiapan yang teramat minim dikhawatirkan rencana itu akan lebih banyak mendatangkan “madharat” daripada manfaatnya. Di tengah ketidakberdayaan Pertamina dalam menyediakan kebutuhan Pertamax akan memaksa bangsa ini semakin tergantung kepada komoditas impor. Pasalnya, konsumsi premium sudah mencapai sekitar 23,2 juta kilo liter per tahun, sedangkan produksi Pertamax dari kilang Pertamina hanya mencapai 600 ribu kilo liter per tahun.
“Akan tidak terelakan lagi, kebijakan pembatasan BBM subsidi dengan migrasi ke Pertamax meningkatkan impor Pertamax dalam jumlah yang sangat besar. Meskipun belakangan ini diurungkan dan beralih ke BBG (bahan bakar gas),”kata Fahmy.
Dosen Sekolah Vokasi ini juga menilai kenaikan harga BBM bersubsidi selalu memberikan dampak terhadap penurunan tingkat kesejahteraan rakyat, bahkan memberikan kontribusi dalam pemiskinan rakyat Indonesia. Pemberian kompensasi akibat kenaikan harga BBM dalam bentuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) kepada keluarga miskin, imbuh Fahmy, tidak memadai untuk menomboki kenaikan harga kebutuhan pokok yang dipicu kenaikan harga BBM.
“ Agar akselerasi proses pemiskinan dari dampak penaikan harga BBM tidak terjadi, jumlah dana BLSM seharusnya dinaikan menjadi sebesar Rp 200.000 hingga Rp 250.000 setiap keluarga per bulan. Bukan hanya Rp 150.000 per bulan,”tegasnya.
Sementara itu Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof.Dr. Jumina dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM dapat menimbulkan multiplier effect . Dengan kondisi itu maka sebelum diimplementasikan pada tanggal 1 April 2012 nanti sebaiknya disikapi secara arif dan diantisipasi secara lebih dini sehingga implikasi negatif seperti pelemahan ketahanan energi nasional tidak terjadi.

Jumina menjelaskan bahwa ketahanan energi, khususnya BBM merupakan salah satu faktor krusial dalam ketahanan nasional sehingga wajar jika Lemhanas memberikan sinyal kepada pemerintah bahwa stok BBM Indonesia yang rata-rata hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri selama 20 hari saja rawan ketahanan energi.
“Angka tersebut jauh di bawah stok minyak Singapura yang mencapai 120 hari dan Jepang 107 hari. Padahal kita tahu kedua negara maju itu tidak memiliki deposit minyak bumi,”kata Jumina.
Ia menilai kebijakan energi (dalam hal ini BBM) yang tidak tepat, baik untuk negara pengimpor maupun pengekspor dapat menimbulkan ancaman serius terhadap ketahanan energi negara tersebut. Ancaman yang mungkin terjadi yaitu baik ancaman non fisik seperti harga minyak mentah yang fluktuatif di luar perkiraan, maupun ancaman fisik seperti sabotase infra struktur BBM dan sumber energi non BBM.
Di akhir paparannya Jumina juga mendorong agar pemerintah melakukan penguatan ketahanan energi melalui penghematan energi terbarukan maupun energi tak terbarukan yang diproses supaya ramah lingkungan , mempercepat penguasaan teknologi di bidang eksplorasi, pengelolaan konversi, penghematan energi dan teknologi energi baik terbarukan maupun tak terbarukan (Humas UGM/Satria AN)

08 Maret 2012

DAMPAK SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION

DAMPAK PENERAPAN SRI TERHADAP USAHA TANI
A.  Dampak Terhadap Produktivitas
Melalui teknologi yang digunakan pada budidaya padi organik metode SRI diperoleh hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem konvensional.  Peningkatan produksi/produktivitas pada umumnya terjadi karena jumlah anakan padi lebih banyak.  Melalui paket teknologi yang digunakan pada dasarnya memungkinkan terbentuknya anakan yang lebih banyak daripada sistem konvensional. Jumlah anakan pada metode SRI berkisar 30-40 anakan/rumpun sedangkan pola konvensional berkisar 25-30 anakan/rumpun.  Dengan anakan yang cukup banyak, menyebabkan anakan produktif yang terbentuk juga cukup tinggi sehingga sangat memungkinkan hasil gabah lebih tinggi.  Hampir semua jenis padi yang ditanam memberikan peningkatan produksi terutama bagi petani yang telah melakukan pola SRI lebih dari dua kali tanam.  Berdasarkan hasil penelitian Wardana et al., (2005) di Kabupaten Garut dan Ciamis diperoleh data bahwa hasil padi yang diperoleh dengan metode SRI rata-rata berkisar 5-7 ton/ha, sementara bila diusahakan secara konvensional diperoleh hasil gabah rata-rata antara 4-5 ton/ha.
B.  Dampak Terhadap Penggunaan Saprodi
Secara umum penerapan pola SRI lebih ditekankan pada pola penghematan dalam penggunaan air.  Namun demikian secara bertahap pola SRI telah mendorong pada substitusi penggunaan input produksi usahatani, seperti penggunaan pupuk an organik dan pestisida yang sebelumnya dipergunakan oleh sebagian besar petani. Melalui pemahaman usahatani padi SRI sebagai padi organik dengan mempergunakan pupuk organik, selain bebas residu kimia bagi kesehatan tubuh manusia, juga secara langsung mendukung penyehatan tanah dan lingkungan.
Model SRI mampu menghemat saprodi berupa benih, pupuk dan insektisida.  air irigasi.  Dengan kebutuhan pengairan yang macak-macak saja maka kebutuhan jumlah air per hektar mengalami penurunan sangat drastis.  Hal ini membawa dampak Disamping itu SRI tidak merekomendasikan penggunaan pupuk kimia, sehingga  akan mengurangi biaya tunai petani.  Efisiensi penggunaan input yang signifikan adalah penggunaan pada kemampuan air irigasi dalam mengairi sawah, terutama pada musim kemarau jika pola SRI diterapkan pada skala luas.
C.  Dampak Terhadap Pendapatan Petani
Dampak yang dirasakan dari penerapan teknologi SRI adalah tingginya produksi padi yang dihasilkan jika dibandingkan dengan cara konvensional, makin tinggi produksi maka nilai jual padi juga makin besar, sehingga keuntungan yang diperoleh petani juga lebih besar, dan ini tentunya akan meningkatkan pendapatan petani.  Keuntungan yang lebih besar akan diperoleh petani apabila memproduksi sendiri kompos dan mikro organisme lokal. Keuntungan diperoleh dengan pengurangan antara out put yang dihasilkan dengan biaya produksi/input yang telah dikeluarkan, hal ini berdampak secara langsung terhadap pendapatan tunai usahatani padi.
Tabel 2. Analisa Usaha Tani Cara Konvensional dan Metode SRI setelah musim     tanam kedua dalam 1 ha.
No Uraian Cara Konvensional Metode SRI
A Komponen input/ha - Benih (Rp.5000/kg)
- Pupuk
* Organik (Jerami + 3 ton kompos)
* An organik Urea,SP36,KCl(2:1:1)
- Pengolahan Tanah
- Pembuatan persemaian
- Pencabutan benih (babut)
- Penanaman
- Penyulaman
- Penyiangan
- Pengendalian OPT dengan
* Pestisida kimia
* Biopestisida
- Panen
250.000 -
750.000
1.000.000
105.000
100.000
350.000
20.000
750.000
500.000
-
1.000.000
25.000 1.200.000
-
1.000.000
30.000
-
350.000
50.000
1.050.000
-
150.000
2.000.000

Jumlah 4.825.000 5.855.000
B Komponen Out put -Produksi padi
-Harga padi Rp. 2.000,-/kg (diprediksi     harga sama)
5 ton 10.000.000 10 ton 20.000.000
C Keuntungan 5.175.000 14.145.000
Sumber :  Mutakin, J  2007.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa secara umum budidaya padi model konvensional memiliki uraian kegiatan  lebih banyak jika dibandingkan dengan metode SRI, namun pada metode SRI diperlukan biaya lebih besar dalam pengadaan bahan organik (pupuk), dan diperlukan tenaga kerja lebih terutama dalam kegiatan pemberantasan gulma dan pemanenan.  Hal ini dapat diminimalisir apabila petani menghasilkan sendiri kompos untuk pupuk organik tersebut, begitu juga dengan tenaga kerja dengan melibatkan anggota keluarga.
Hasil panen metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah.  Beras organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvensional, harga ini didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik, karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim tanam sebelumnya.  Untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode SRI secara berturut-turut, maka sampai musim ke-3 akan diperoleh beras organik dan memiliki harga yang lebih tinggi dari beras padi sistem konvensional.
KESIMPULAN
1.  Melalui penerapan Metode SRI  diharapkan dapat menanggulangi masalah ketahanan pangan tanpa merusak lingkungan.  Disamping itu Metode SRI mampu memulihkan kesuburan tanah dan mampu memelihara keberlanjutan produktivitas lahan.
2.   Metode SRI tepat diterapkan di Indonesia, karena persoalan lahan yang terus menyempit akibat alih fungsi.  Selain itu terdapat efisiensi penggunaan input benih dan air, serta mendorong penggunaan pupuk organik (efisiensi usahatani).
3.   Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada budidaya padi  dengan Metode SRI sudah terbukti mampu menghasilkan produktivitas padi yang tinggi diatas rata-rata nasional yang pada gilirannya akan memberikan pendapatan yang cukup tinggi bagi petani.
4.   Metode SRI dikenal ramah lingkungan, karena beberapa hal seperti kemampuan memitigasi terjadinya polusi asap akibat berkurangnya pembakaran jerami, sehingga mampu menekan emisi gas CO2 dan emisi gas methan, menekan gas pembusukan, daur ulang limbah, serta mencegah pencemaran lingkungan akibat kontaminasi.  SRI juga menghasilkan produk beras yang cukup sehat sebagai beras organik (Bustanulum, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Berkelaar D. 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The System Of Rice Intensification-SRI) : Sedikit Dapat Memberi Lebih Banyak, Bulletin ECHO (terjemahan).
Bustanulm, 2007. http:setjen.deptan.go.id/berita/detail.php?id=151 Keynote Speech Menteri Pertanian RI. Jakarta.
Departemen Pertanian, 2009.  Pedoman Teknis Dampak Pengembangan System of Rice Intensification (SRI) Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (PLA)  Jakarta.
Kuswara dan A. Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intensification), Kelompok studi petani (KSP), Ciamis.
Kompas, edisi rabu 16 Januari 2008, Dipopulerkan, Penanaman Padi Sebatang. http://www.kompascetak.com/kompas- cetak/0801/16/sumbagut/4168753.htm.
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasl Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma Pada Kondisi SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Pasca sarjana, Bandung.
Mutakin, J. 2007 Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification), Garut.
Santosa E, 2005. Rice organik farming is a programme for strengtenning food security in sustainable rural development, makalah disampaikan pada Seminar Internasional Kamboja ROF.
Sato, S. 2007. SRI Mampu Tingkatkan Produksi Padi Nasional. http:www.kapanlagi.com/h/0000182474.html.
Simarmata, T. 2007. Apa itu System of Rice Intensification (SRI)? http://agribisnis- ganesha.com/?p=29.
Trubus, 2008. Negeri berlimpah Energi dan Pangan (Edisi Khusus). Jakarta
Uphoff  N., 2002. Opportunities For Raising Yields by Changing Management Practices : The Rice Intensification in Madagascar. Agroecological Innovations. Earthscan Publications Ltd. London.
Wardana, P, I. Juliardi, Sumedi, Iwan Setiajie. 2005.  Kajian Perkembangan System Of Rice Intensification (SRI) di Indonesia.  Kerjasama Yayasan Padi Indonesia dengan Badan Litbang Pertanian.  Jakarta.
Wardana, P.I, Sumedi, Iwan Setiaji, 2007. Gagasan dan Implementasi System of Rice Intensification (SRI) dalam kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE), Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

PERBANYAKAN VEGETATIF




Perbanyakan vegetatif adalah pengulangan dan penggandaan jenis yang diwujudkan pada terciptanya generasi baru dimana bahan tanamnya selain biji.
Perbanyakan vegetatif dibagi menjadi 2 :
  1. Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya.
  2. Perbanyakan vegetatif buatan (adanya campur tangan manusia), ada 2 macam, yaitu :
  • Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat, yaitu okulasi, grafting, kultur jaringan.
  • Perbanyakan vegetatif tanpa perbaikan sifat, yaitu cangkok dan stek (daun, batang, akar)
Keuntungan Perbanyakan vegetatif alami :
  • dapat dipraktekkan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji
  • sifat pohon induk diturunkan ke generasi berikutnya
  • masa juvenil relatif pendek
  • mempercepat persediaan bibit
Kelemahan Perbanyakan vegetatif alami:
  • infeksi sistemik oleh virus dapat menjalar ke semua tanaman
  • bahan tanam akan menghabiskan tempat, tidak seperti biji
  • periode penyimpanan bahan tanam pendek
  • mekanisme perbanyakan pada beberapa tanaman tidak praktis
Faktor yang mempengaruhi Perbanyakan vegetatif alami:
  • Faktor Intern :
  1. dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
  2. ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
  • Faktor Ekstern:
  1. suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
  2. kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
  3. cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
  4. jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan)
Macam-macam Perbanyakan vegetatif alami:
1. Runner atau sulur atau stolon atau geragih
Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di bawah permukaan tanah dan pada interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah. Contoh: strawberry, lili paris, arbei.

2. Corm
Pangkal batang yang membengkok dan memadat serta mengandung cadangan makanan. Pada dasarnya cormus terdapat subang tempat tumbuhnya akar sedangkan di bagian atasnya (ujung) terdapat mata tunas. Contoh: gladiol, bunga coklat.
3. Bulb (umbi lapis)
Bahan tanam yang terdiri dari suatu batang yang pipih dan pendek berbentuk cawan dikelilingi sisik yang merupakan struktur seperti daun berdaging, sisik ini menutupi tunas (titik tumbuh). Contoh: bawang, tulip.
4. Tuber (umbi batang)
Batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam tanah dan mengandung beberapa mata tunas. Contoh: kentang, talas.

5. Rhizome
Akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap mata tunas akan membengkok sebagai cadangan energi. Contohnya: jahe, kunyit.
6. Anakan
Hasil pembiakan vegetatif induk yang berkembang sendiri yang tumbuh di dekat tanaman induk. Contoh: sansiviera, bambu air.