08 Maret 2012

DAMPAK SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION

DAMPAK PENERAPAN SRI TERHADAP USAHA TANI
A.  Dampak Terhadap Produktivitas
Melalui teknologi yang digunakan pada budidaya padi organik metode SRI diperoleh hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem konvensional.  Peningkatan produksi/produktivitas pada umumnya terjadi karena jumlah anakan padi lebih banyak.  Melalui paket teknologi yang digunakan pada dasarnya memungkinkan terbentuknya anakan yang lebih banyak daripada sistem konvensional. Jumlah anakan pada metode SRI berkisar 30-40 anakan/rumpun sedangkan pola konvensional berkisar 25-30 anakan/rumpun.  Dengan anakan yang cukup banyak, menyebabkan anakan produktif yang terbentuk juga cukup tinggi sehingga sangat memungkinkan hasil gabah lebih tinggi.  Hampir semua jenis padi yang ditanam memberikan peningkatan produksi terutama bagi petani yang telah melakukan pola SRI lebih dari dua kali tanam.  Berdasarkan hasil penelitian Wardana et al., (2005) di Kabupaten Garut dan Ciamis diperoleh data bahwa hasil padi yang diperoleh dengan metode SRI rata-rata berkisar 5-7 ton/ha, sementara bila diusahakan secara konvensional diperoleh hasil gabah rata-rata antara 4-5 ton/ha.
B.  Dampak Terhadap Penggunaan Saprodi
Secara umum penerapan pola SRI lebih ditekankan pada pola penghematan dalam penggunaan air.  Namun demikian secara bertahap pola SRI telah mendorong pada substitusi penggunaan input produksi usahatani, seperti penggunaan pupuk an organik dan pestisida yang sebelumnya dipergunakan oleh sebagian besar petani. Melalui pemahaman usahatani padi SRI sebagai padi organik dengan mempergunakan pupuk organik, selain bebas residu kimia bagi kesehatan tubuh manusia, juga secara langsung mendukung penyehatan tanah dan lingkungan.
Model SRI mampu menghemat saprodi berupa benih, pupuk dan insektisida.  air irigasi.  Dengan kebutuhan pengairan yang macak-macak saja maka kebutuhan jumlah air per hektar mengalami penurunan sangat drastis.  Hal ini membawa dampak Disamping itu SRI tidak merekomendasikan penggunaan pupuk kimia, sehingga  akan mengurangi biaya tunai petani.  Efisiensi penggunaan input yang signifikan adalah penggunaan pada kemampuan air irigasi dalam mengairi sawah, terutama pada musim kemarau jika pola SRI diterapkan pada skala luas.
C.  Dampak Terhadap Pendapatan Petani
Dampak yang dirasakan dari penerapan teknologi SRI adalah tingginya produksi padi yang dihasilkan jika dibandingkan dengan cara konvensional, makin tinggi produksi maka nilai jual padi juga makin besar, sehingga keuntungan yang diperoleh petani juga lebih besar, dan ini tentunya akan meningkatkan pendapatan petani.  Keuntungan yang lebih besar akan diperoleh petani apabila memproduksi sendiri kompos dan mikro organisme lokal. Keuntungan diperoleh dengan pengurangan antara out put yang dihasilkan dengan biaya produksi/input yang telah dikeluarkan, hal ini berdampak secara langsung terhadap pendapatan tunai usahatani padi.
Tabel 2. Analisa Usaha Tani Cara Konvensional dan Metode SRI setelah musim     tanam kedua dalam 1 ha.
No Uraian Cara Konvensional Metode SRI
A Komponen input/ha - Benih (Rp.5000/kg)
- Pupuk
* Organik (Jerami + 3 ton kompos)
* An organik Urea,SP36,KCl(2:1:1)
- Pengolahan Tanah
- Pembuatan persemaian
- Pencabutan benih (babut)
- Penanaman
- Penyulaman
- Penyiangan
- Pengendalian OPT dengan
* Pestisida kimia
* Biopestisida
- Panen
250.000 -
750.000
1.000.000
105.000
100.000
350.000
20.000
750.000
500.000
-
1.000.000
25.000 1.200.000
-
1.000.000
30.000
-
350.000
50.000
1.050.000
-
150.000
2.000.000

Jumlah 4.825.000 5.855.000
B Komponen Out put -Produksi padi
-Harga padi Rp. 2.000,-/kg (diprediksi     harga sama)
5 ton 10.000.000 10 ton 20.000.000
C Keuntungan 5.175.000 14.145.000
Sumber :  Mutakin, J  2007.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa secara umum budidaya padi model konvensional memiliki uraian kegiatan  lebih banyak jika dibandingkan dengan metode SRI, namun pada metode SRI diperlukan biaya lebih besar dalam pengadaan bahan organik (pupuk), dan diperlukan tenaga kerja lebih terutama dalam kegiatan pemberantasan gulma dan pemanenan.  Hal ini dapat diminimalisir apabila petani menghasilkan sendiri kompos untuk pupuk organik tersebut, begitu juga dengan tenaga kerja dengan melibatkan anggota keluarga.
Hasil panen metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah.  Beras organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvensional, harga ini didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik, karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim tanam sebelumnya.  Untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode SRI secara berturut-turut, maka sampai musim ke-3 akan diperoleh beras organik dan memiliki harga yang lebih tinggi dari beras padi sistem konvensional.
KESIMPULAN
1.  Melalui penerapan Metode SRI  diharapkan dapat menanggulangi masalah ketahanan pangan tanpa merusak lingkungan.  Disamping itu Metode SRI mampu memulihkan kesuburan tanah dan mampu memelihara keberlanjutan produktivitas lahan.
2.   Metode SRI tepat diterapkan di Indonesia, karena persoalan lahan yang terus menyempit akibat alih fungsi.  Selain itu terdapat efisiensi penggunaan input benih dan air, serta mendorong penggunaan pupuk organik (efisiensi usahatani).
3.   Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada budidaya padi  dengan Metode SRI sudah terbukti mampu menghasilkan produktivitas padi yang tinggi diatas rata-rata nasional yang pada gilirannya akan memberikan pendapatan yang cukup tinggi bagi petani.
4.   Metode SRI dikenal ramah lingkungan, karena beberapa hal seperti kemampuan memitigasi terjadinya polusi asap akibat berkurangnya pembakaran jerami, sehingga mampu menekan emisi gas CO2 dan emisi gas methan, menekan gas pembusukan, daur ulang limbah, serta mencegah pencemaran lingkungan akibat kontaminasi.  SRI juga menghasilkan produk beras yang cukup sehat sebagai beras organik (Bustanulum, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Berkelaar D. 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The System Of Rice Intensification-SRI) : Sedikit Dapat Memberi Lebih Banyak, Bulletin ECHO (terjemahan).
Bustanulm, 2007. http:setjen.deptan.go.id/berita/detail.php?id=151 Keynote Speech Menteri Pertanian RI. Jakarta.
Departemen Pertanian, 2009.  Pedoman Teknis Dampak Pengembangan System of Rice Intensification (SRI) Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (PLA)  Jakarta.
Kuswara dan A. Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intensification), Kelompok studi petani (KSP), Ciamis.
Kompas, edisi rabu 16 Januari 2008, Dipopulerkan, Penanaman Padi Sebatang. http://www.kompascetak.com/kompas- cetak/0801/16/sumbagut/4168753.htm.
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasl Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma Pada Kondisi SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Pasca sarjana, Bandung.
Mutakin, J. 2007 Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification), Garut.
Santosa E, 2005. Rice organik farming is a programme for strengtenning food security in sustainable rural development, makalah disampaikan pada Seminar Internasional Kamboja ROF.
Sato, S. 2007. SRI Mampu Tingkatkan Produksi Padi Nasional. http:www.kapanlagi.com/h/0000182474.html.
Simarmata, T. 2007. Apa itu System of Rice Intensification (SRI)? http://agribisnis- ganesha.com/?p=29.
Trubus, 2008. Negeri berlimpah Energi dan Pangan (Edisi Khusus). Jakarta
Uphoff  N., 2002. Opportunities For Raising Yields by Changing Management Practices : The Rice Intensification in Madagascar. Agroecological Innovations. Earthscan Publications Ltd. London.
Wardana, P, I. Juliardi, Sumedi, Iwan Setiajie. 2005.  Kajian Perkembangan System Of Rice Intensification (SRI) di Indonesia.  Kerjasama Yayasan Padi Indonesia dengan Badan Litbang Pertanian.  Jakarta.
Wardana, P.I, Sumedi, Iwan Setiaji, 2007. Gagasan dan Implementasi System of Rice Intensification (SRI) dalam kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE), Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Tidak ada komentar: