21 November 2012

Mas Kunyit

Hari ini aku bertemu dengan seorang senior, panggil saja Mas Kunyit. Entah kenapa gak seperti biasanya, pertemuan kami biasanya selalu diawali sapa mesra nan manja ( bukan cinta tapi hanya sebatas kakak ). Namun hari ini kita saling diam. Pukul 13.00 Waktu Indonesia bagian Barat, lebih tepatnya bagian Jogja aku keluar dari kelas Dasar Penyuluhan ( maklum masih semester 3 jadi serba dasar ) sampai IP pun masih terpuruk didasar ( cukup jangan bahas IP ), dengan sempoyongan seusai kuliah bak sepeda berkarat yang dikayuh kakek tua berbadan cungkring, badan ini mulai kehilangan arah, sama seperti halnya hatiku yang tak  menentu ( eea ) lah kok malah jadi alay  (aku sudah mau sembuh jadi alay loh..). Alhasil pemikiran pertama adalah sekre, sebenarnya lebih tepat disebut gudang berpenghuni, pasalnya ( puntung rokok berserakan, ada yg diatas lemari ada yg diatas meja, di atas kursi di atas kepala, di atas mata, serba di atas deh.., ada yang masuk botol , masuk gelas, masuk baju, masuk celana masuk hidung, pokonya serba masuk deh.. dan yang parahnya ada yg dimasukan kedalam lemari pendingin/freezer ) gimana coba kalo ada yang mau ambil sedotan buat minum, kemudian waktu nyedot bibirnya melepuh kena puntung rokok yang panasnya 80oC ( imajinasi TK yang terbawa hingga dewasa ). Ada lagi   Card syndrom , dimana ada masanya sekelompok manusia yang mencintai permainan kartu melebihi cinta sama cewek maupun cowoknya ( lebih ngeri dari homo akut pokoknya) homo aja walau gak cinta sama cewek dy masih mau cinta sesama cowok, super ngeri deh. Tiada hari tanpa main kartu dan yg memeprihatinkan ketika main kartu disiang bolong mereka selalu buka baju dan memprtontonkan perut buncit mereka yang lebih besar dari galon 19 Liter ( we are pejantan tambun begitu teriaknya ).

Sesampainya di gudang berpenghuni (sekre) aku dengan gaya maskulin dan maco meletakkan tas dipojok ruangan dekat grombolan “pejantan tambun”. Akupun melihat sosok yang tak asing ya..dia mas Kunyit sedang serius menghadap netbook ,  mendengar suara merdu dari ayunan tanganku saat meletakkan tas, diapun melihatku, dan kami berpandang-pandangan. Namun tak lama pandangan melankolis itu sirna ketika mas Kunyit mengayunkan jari telunjuknya kearah hidung dan mengorek-ngorek sesuatu sambil memalingkan wajahnya dariku. Akupun terkejut melihat gelagat tidak biasa dari mas kunyit sambil menahan muntah melihat korekan jari telunjuknya yang semakin dalam.  Aku coba tetap tabah dan merangsak duduk disudut ruangan yang begitu pengap lebih pengap dari toilet umum. Aku mulai menulis, awalnya sih ingin menulis konsep acara pengabdian ( maklum aktivis kampus, biar alay tapi tetap bermanfaat bagi nusa dan bangsa).

 Namun seiring berjalannya waktu ( 5 detik kemudian aku bosan) dan akhirnya aku menggambar, sedang asik menungkan penat disecarik kertas bekas kacang rebus semalam, tiba-tiba datang seorang wanita paras sebut saja Nima. “ Ada apa kak” Tanyaku. “ Lagi tungguin mbk Ira” saut mbk Nima sambil tersenyum manis dan akupun mebalasnya dengan senyum manja sambil berkedip tiga kali tepat tanda sinyal hijauku.. ( wajar dong aku masih agak  normal ). Tak lama kemudian ( 3 jam kemudian ) datang kak Ira bersama  tiga temannya. Tanpa basa-basi mbk Ira dan temannya mempersilahkan seluruh penghuni sekre meninggalkan ruangan karena sekre mau dibersihkan dari segala macam sampah (akupun sadar dan minggir)  .Semua penghuni keluar namun dengan wajah muram , kelabu melebihi kelabu dimalam minggu tanpa pacar, dan pandangan mas Kunyit semakin tajam saja seolah-olah ingin menusuk leherku , memotong tangan dan kakiku kemudian memasukkan potongan tubuhku kedalam koper dan dibuang ke kantor polisi, sungguh menyeramkan. Pada malam harinya pun aku coba mencari tahu dengan membuka beberapa referensi terpercaya yaitu facebook, setelah cukup lama mencari ( 10 detik ) akupun tau dari status mas Kunyit , dia marah karena kemarin malam saat bermain futsal aku lupa mengelap kringat mas Kunyit dengan handuk panas.
Tamat

Tidak ada komentar: