Mas Kunyit
Hari ini aku bertemu dengan seorang senior, panggil saja Mas Kunyit.
Entah kenapa gak seperti biasanya, pertemuan kami biasanya selalu diawali sapa
mesra nan manja ( bukan cinta tapi hanya sebatas kakak ). Namun hari ini kita
saling diam. Pukul 13.00 Waktu Indonesia bagian Barat, lebih tepatnya bagian
Jogja aku keluar dari kelas Dasar Penyuluhan ( maklum masih semester 3 jadi
serba dasar ) sampai IP pun masih terpuruk didasar ( cukup jangan bahas IP ),
dengan sempoyongan seusai kuliah bak sepeda berkarat yang dikayuh kakek tua
berbadan cungkring, badan ini mulai kehilangan arah, sama seperti halnya hatiku
yang tak menentu ( eea ) lah kok malah
jadi alay (aku sudah mau sembuh jadi alay loh..). Alhasil pemikiran
pertama adalah sekre, sebenarnya lebih tepat disebut gudang berpenghuni,
pasalnya ( puntung rokok berserakan, ada yg diatas lemari ada yg diatas meja, di
atas kursi di atas kepala, di atas mata, serba di atas deh.., ada yang masuk
botol , masuk gelas, masuk baju, masuk celana masuk hidung, pokonya serba masuk
deh.. dan yang parahnya ada yg dimasukan kedalam lemari pendingin/freezer )
gimana coba kalo ada yang mau ambil sedotan buat minum, kemudian waktu nyedot
bibirnya melepuh kena puntung rokok yang panasnya 80oC ( imajinasi
TK yang terbawa hingga dewasa ). Ada lagi Card syndrom , dimana
ada masanya sekelompok manusia yang mencintai permainan kartu melebihi cinta
sama cewek maupun cowoknya ( lebih ngeri dari homo akut pokoknya) homo aja walau
gak cinta sama cewek dy masih mau cinta sesama cowok, super ngeri deh. Tiada
hari tanpa main kartu dan yg memeprihatinkan ketika main kartu disiang bolong mereka
selalu buka baju dan memprtontonkan perut buncit mereka yang lebih besar dari galon
19 Liter ( we are pejantan tambun begitu teriaknya ).
Sesampainya di gudang berpenghuni (sekre) aku dengan gaya maskulin
dan maco meletakkan tas dipojok ruangan dekat grombolan “pejantan tambun”. Akupun
melihat sosok yang tak asing ya..dia mas Kunyit sedang serius menghadap netbook
, mendengar suara merdu dari ayunan
tanganku saat meletakkan tas, diapun melihatku, dan kami berpandang-pandangan.
Namun tak lama pandangan melankolis itu sirna ketika mas Kunyit mengayunkan
jari telunjuknya kearah hidung dan mengorek-ngorek sesuatu sambil memalingkan
wajahnya dariku. Akupun terkejut melihat gelagat tidak biasa dari mas kunyit sambil
menahan muntah melihat korekan jari telunjuknya yang semakin dalam. Aku coba tetap tabah dan merangsak duduk
disudut ruangan yang begitu pengap lebih pengap dari toilet umum. Aku mulai
menulis, awalnya sih ingin menulis konsep acara pengabdian ( maklum aktivis
kampus, biar alay tapi tetap bermanfaat bagi nusa dan bangsa).
Namun seiring berjalannya
waktu ( 5 detik kemudian aku bosan) dan akhirnya aku menggambar, sedang asik
menungkan penat disecarik kertas bekas kacang rebus semalam, tiba-tiba datang seorang
wanita paras sebut saja Nima. “ Ada apa kak” Tanyaku. “ Lagi tungguin mbk Ira”
saut mbk Nima sambil tersenyum manis dan akupun mebalasnya dengan senyum manja
sambil berkedip tiga kali tepat tanda sinyal hijauku.. ( wajar dong aku masih
agak normal ). Tak lama kemudian ( 3 jam
kemudian ) datang kak Ira bersama tiga temannya.
Tanpa basa-basi mbk Ira dan temannya mempersilahkan seluruh penghuni sekre
meninggalkan ruangan karena sekre mau dibersihkan dari segala macam sampah
(akupun sadar dan minggir) .Semua penghuni
keluar namun dengan wajah muram , kelabu melebihi kelabu dimalam minggu tanpa
pacar, dan pandangan mas Kunyit semakin tajam saja seolah-olah ingin menusuk
leherku , memotong tangan dan kakiku kemudian memasukkan potongan tubuhku kedalam
koper dan dibuang ke kantor polisi, sungguh menyeramkan. Pada malam harinya pun
aku coba mencari tahu dengan membuka beberapa referensi terpercaya yaitu facebook, setelah cukup lama mencari (
10 detik ) akupun tau dari status mas Kunyit , dia marah karena kemarin malam
saat bermain futsal aku lupa mengelap kringat mas Kunyit dengan handuk panas.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar